Pages

Kamis, 09 Juni 2011

Membandingkan 2 Software Yang Berfungsi Sama Berdasarkan Prinsip Umum Perancangan Antarmuka Pengguna

MAKALAH
Interaksi Manusia dengan Komputer
Perancangan Antar Muka Pengguna
Oleh :
ALFI RAHMADHANI
0901081030
Teknik Komputer II B


TEKNIK KOMPUTER
TEKNOLOGI INFORMASI
POLITEKNIK NEGRI PADANG
2011


Latar Belakang
Interaksi manusia dan komputer (bahasa Inggris: human–computer interaction, HCI) adalah disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan komputer yang meliputi perancangan, evaluasi, dan implementasi antarmuka pengguna komputer agar mudah digunakan oleh manusia. Sedangkan interaksi manusia dan komputer sendiri adalah serangkaian proses, dialog dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk berinteraksi dengan komputer yang keduanya saling memberikan masukan dan umpan balik melalui sebuah antarmuka untuk memperoleh hasil akhir yang diharapkan.
Selanjutnya, dalam berinteraksi dengan komputer, para pemakai pertama kali akan berhadapan dengan perangkat keras komputer. Untuk sampai pada isi yang ingin disampaikan oleh perangkat lunak, pemakai dihadapkan terlebih dahulu dengan seperangkat alat seperti papan ketik (keyboard), monitor, mouse, joystick, dan lain-lain. Pemakai harus dapat mengoperasikan seperangkat alat tersebut. Selanjutnya, pemakai akan berhadapan dengan macam-macam tampilan menu, macam-macam perintah yang terdiri dari kata atau kata-kata yang harus diketikkannya, misalnya save, copy, delete, atau macam-macam ikon. Peralatan, perintah, ikon dan lain-lain yang disebutkan di atas dikenal dengan nama interface (antarmuka). Interface ini merupakan lapisan pertama yang langsung bertatap muka dengan pemakai.

Perbandingan 2 Software Yang Berfungsi Sama
Pada tugas ini saya membandingkan 2 buah Media Player, yaitu GOM Player dan K-Lite Codec Pack berdasarkan prinsip umum perancangan antarmuka pengguna.
1. Akses Sibilitas (Operabilitas & Perseptibilitas)
Kedua software ini sama-sama dapat dioperasikan oleh pengguna, dan dapat dipahami oleh kemampuan sensori manusia.

2. Visibilitas
GOM lebih baik dari K-Lite Codec karena menampilkan status system dengan baik. Perhatikan gambar berikut.
Pada K-Lite Codec tidak ada ditampilkan status tersebut. Hanya status system secara standar saja.
3. Kesederhanaan / Simplisiti
Kedua software tersebut memiliki kesamaan pada prinsip ini, yaitu sama-sama dapat menyembunyikan play control saat dijadikan Fullscreen sehingga yang terlihat hanya video yang diputar di layar secara keseluruhan.
Hanya saja pada bagian penyediaan default yang tidak sama. GOM menyediakan default speed video, sedangkan K-Lite Codec untuk mencapai speed default harus diatur manual.

4. Efisiensi
GOM memiliki navigasi yang bagus. Tombol Up & Down sebagai pengontrol volume. Left sebagai Backward dan Right sebagai Forward. Spasi untuk play/pause. Lalu tombol Z untuk default speed video, X untuk decrease speed, dan C untuk increase speed.
Sedangkan K-Lite Codec navigasinya kurang bagus. Tombol Up, Down, dan Spasi sama fungsinya seperti pada GOM. Tombol Right untuk melihat step video satu per satu / click per click. Dan tombol Left tidak berfungsi pada K-Lite Codec.

5. Konsistensi
GOM baik dalam hal konsistensi khususnya konsistensi internal. Dimulai dari prosedur operasi & navigasi, identitas visual atau thema, sampai pengorganisasian, penyajian, penggunaan & lokasi komponen.
Sedangkan K-Lite Codec sama seperti pada prinsip efisiensi tadi, memiliki kekurangan pada prosedur navigasi.

6. Prediktabilitas
Pada GOM aksi play dan pause digabungkan dalam satu tombol di play controlnya.
Sedangkan K-Lite Codec memisahkan antara setiap aksi pada tombol-tombol di play controlnya.

7. Kontrol & Fleksibelitas
Di kedua software tersebut kendali instruksi sama-sama dipegang oleh pengguna, dan juga sama-sama memungkinkan pengguna untuk melakukan kustomisasi aspek-aspek antarmuka. Hanya saja, lagi-lagi pada K-Lite Codec tidak menyediakan default untuk speed video.

8. Respon terhadap pengguna (Responsifness)
Sama seperti pada prinsip Visibilitas, GOM menyediakan pemberitahuan kepada pengguna seperti status seeking yang akan dilakukan oleh pengguna. Sedangkan K-Lite Codec tidak menyediakan itu.

9. Penanganan Kesalahan
Pada GOM, apabila kita tidak sengaja menutup / menekan tombol close pada program dan memainkan video tersebut kembali dengan GOM maka video akan dimulai dimana posisi video saat program di-close tadi.
Untuk K-Lite Codec tidak bisa seperti GOM, apabila di-close video akan dimulai dari awal lagi.

Untuk nomor 10 yaitu Prinsip kejelasan arti dan tujuan setiap komponen pembentuk system dan nomor 11 yaitu Prinsip kejelasan tentang keterkaitan antar komponen system secara keseluruhan, kedua software ini sama-sama jelas secara visual, konseptual, dan linguistik dan juga sama-sama mudah dipelajari dan dimengerti.

12. Enak dipandang (Khusus GUI)
GOM menyajikan player dalam bentuk 3dimensi dan desain yang menarik. Apalagi themanya juga dapat kita ganti-ganti. Sedangkan K-Lite Codec hanya memiliki desain standar seperti pada halnya thema windows yang digunakan.

13. Kesan pertama yang positif
Keduanya sama-sama memiliki kesan pertama yang positif bagi penggunanya.

14. Trade-off
Setelah menghitung dan menimbang perbandingan sesuai prinsip-prinsip utama tersebut, maka keduanya sama-sama pantas dan layak untuk digunakan.

Kesimpulan
Berdasarkan perbandingan-perbandingan yang telah kita lakukan, maka software Media Player yang terbaik antara keduanya yaitu GOM Player. Karena pada K-Lite Codec yang sering menjadi titik lemah yaitu tentang penyediaan default. Selain itu juga navigasi, recovery, dan tampilan thema/skin yang kurang bagus.

Sumber
- Catatan Perkuliahan Interaksi Manusia dengan Komputer
- Koleksi Software dan Film Pribadi
- (Untuk Kesimpulan) bersumber dari Otak Sang Penulis sendiri

Minggu, 17 April 2011

Laporan Pengujian Kualitas Audio

Pada Pratikum Multimedia minggu ini saya belajat cara menguji kualitas audio.
Hasil pratikum tersebut saya jadikan sebuah Laporan.
Untuk mendownload & melihat laporannya, klik disini

Minggu, 03 April 2011

Membuat Audio Mixdown dengan Adobe Audition

Sekarang mari kita belajar Audio Mixdown dengan Adobe Audition...
  • Klik 2x icon Adobe Audition
 
  • Lalu muncul tampilan berikut :








  • Masukkan musik yang diinginkan dengan menekan Import File dan pilih musik


  • Tarik musik yang diimport tadi ke dalam track
 
  • Jika ingin merekam suara sendiri, tekan tombol R pada Multitrack dan pilih tempat untuk menyimpan rekaman


  • Tekan tombol Record pada playernya untuk mulai merekam dan tekan lagi untuk mengakhiri rekaman

  • Maka hasilnya

  • Mengatur volume musik naik turun

  • Mengatur Pan Speaker Kiri-Kanan

  • Gabungkan hasil rekaman dengan musik yg anda import tadi sesuai selera
  • Untuk effectnya, banyak sekali. Silahkan dipilih sesuai kebutuhan (salah satu yang saya gunakan yaitu effect delay)



  • Setelah semua selesai diedit, maka kita save dengan format .ses
  • Klik file, save session
 
  • Lalu kita juga bisa mengexportnya dengan berbagai format yang tersedia
  • Klik file, export, audio mixdown
 
 

  • Setelah export kita Normalize file musik kita
  • Ambil Effect, Amplitude, Normalize (process)

  • Standarnya 100% lalu OK

  • Kemudian agar tidak terjadi distorsi, maka kita buat hard limiting process-nya jika terjadi ini

  •  Pilih Effect, Amplitude, Hard Limiting (process)

  • Batasi max Amplitudonya. Contoh : -.1
  • Lalu OK

  • Kemudian save kembali
  • Selesai
Kesimpulan :
  1. Dengan ini kita bisa membuat sebuah iklan untuk disiarkan di radio, ataupun yang lainnya.
  2. File yang bisa diedit kembali adalah file dengan format .ses